Rabu, 12 Desember 2012

Lagi-lagi Merokok

Tak sempat melarikan diri, kelima siswa klas XII itu tertangkap basah sedang mengepulkan asap rokok di warung dekat sekolah. Saat itu jam istirahat ke-dua setelah shalat dhuhur. Siswa kelas X dan XI setelah shalat dhuhur sudah boleh pulang karena jadwal UAS telah selesai. Sementara kelas XII masih ada satu lagi pelajaran yang akan diujikan. Kelima anak tersebut menyelip diantara siswa-siswa yang sudah pulang sehingga luput dari perhatian penjaga. Dan 'peradilan' siang itu dimulailah.

'Tahukah kalian apa kesalahan kalian' , tanya bapak wakasis. "Iya pak" jawab salah seorang dari mereka, sementara yang lain diam menunduk. Namun tiba-tiba salah seorang diantaranya menjawab "tapi saya kan tidak merokok di sekolah pak', katanya sedikit menantang. Ah beginilah salah satu tipikal remaja, sudah tahu bersalah masih juga mau berkelit, menantang lagi. Lalu bapak wakasis yang hampir tidak pernah marah itu mengambil tata tertib sekolah. "Ayo kamu baca pasal ini, yang keras biar semua dengar", suruhnya kepada si siswa yang menantang. "Jadi perbuatanmu melanggar tata tertib apa tidak?" tanya si bapak setelah siswa tersebut selesai membaca. "Sudah tahu  apa sanksinya?", tanya si bapak lagi. "Iya pak" jawab mereka serempak. Si anak yang mencoba berkelit itupun diam tak berkutik.

 Aku yang juga mengikuti 'peradilan' itu sementara tidak ikut bicara. Aku kenal anak-anak ini memang agak sering membuat ulah. Namun hanya kenakalan-kenakalan yang normal, bukan kriminal. Bahkan, ketika aku mengajar mereka di kelas XI, prestasi dan semangat belajar mereka sebagai anak IPS lumayan bagus. Tetapi, 'merokok' perbuatan yang hampir lazim dilakukan banyak orang ini membuatku sering senewen dan tak habis fikir. Inilah perbuatan tidak berguna yang dilakukan oleh orang berakal. Bagaimana mungkin orang yang berakal melakukan perbuatan tak berguna ini??

Satu persatu aku tanyakan ke mereka apakah orang tua (ayah) mereka merokok? Mereka semua menjawab ya. Lalu ketika aku tanya, kapan mulai merokok, mereka menjawab rata-rata mulai merokok tamat SMP. Dan rata-rata merokok 2 batang sehari. Tempat dimana mereka merokok adalah di jalanan antara sekolah dan rumah. Dengan latar belakang seperti itu, menyuruh mereka tidak merokok sama halnya seperti menggarami air laut. Hampir tak berbekas. Namun, tugas kami para guru dan siapapun orang tua memang sebatas memberi peringatan. Maka setengah bertanya aku berkata, 'apakah kalian mati jika tidak merokok'? Salah seorang dari mereka menjawab: "enggaklah bu". "Saya pernah mencoba berhenti berhasil selama seminggu, dan tidak mati", jawabnya. "Lah iyalah, kalo mati kamu gak bisa ngomong sekarang", kataku.

Akhirnya aku ceritakan bahwa salah seorang guru kalian di sekolah ini, yang sekarang menderita paru-paru akut hingga tergantung dengan tabung gas oksigen dan gagal ginjal sehingga harus cuci darah adalah perokok berat. Dan penyakitnya inilah yang memaksanya berhenti merokok. Semoga mereka mengambil pelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Imam yang Tak Dirindukan

"Aku besok gak mau tarawih lagi, " gerutu si bungsu saat pulang tarawih tadi malam.  "Loh, kenapa?" Tanya Saya sambil ...