Hari ini 29 Oktober, di sekolah diadakan upacara peringatan Sumpah Pemuda.
Karena 28 Oktober jatuh pada hari minggu, maka upacara peringatan hari sumpah
Pemuda dilaksanakan hari ini Senin 29 Oktober, mundur sehari. jam 7.15 ketika
upacara dimulai matahari sudah cukup tinggi dan sinranya sudah cukup panas.
Sebagai pembina upacara saya segera menempati podium yang menghadap ke timur
alias menantang sinar matahari. Saya berdoa dalam hati agar tidak pingsan,
seperti kebiasaan saya waktu masih sekolah dulu sering pingsan saat upacara.
Untuk amanat pembina upacara hari ini, saya sudah mempersiapkan diri dengan
membaca beberapa literatur berkaitan dengan sejarah, keIslaman dan sebagainya.
Saya akan usahakan menyampaikan amanat yang singkat tapi bermakna.
Untuk menyampaikan tema ini awalnya saya membaca bukunya cak Noer yang berjudul "Islam, kemodernan dan Keindonesiaan. Namun, saya fikir materi di buku ini terlalu berat untuk disampaikan di depan siswa-siswa setingkat SMA/MA. Meskipun demikian saya menggarisbawahi beberapa ide penting yang memperkaya isi amanat yang akan saya sampaikan. Bahkan saya menemukan satu makna kekinian yang masih relevan diangkat sekarang dari Sumpah Pemuda yaitu bersatu dalam kemajemukan, dan itu diperlukan 'musyawarah'.
Berikutnya saya membaca biografi Steve Jobs, pendiri raksasa komputer Apple, yang kisah hidupnya menginspirasi banyak orang. Saya menangkap perilaku alm. Steve Jobs sehingga karya inovatifnya dapat dinikmati banyak orang di dunia. Perilaku itu ialah kebiasaannya bercermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri "seandainya hari ini adalah hari terakhir hidup saya, apakah saya akan melakukan apa yang akan aku lakukan." Kesadaran ini membuat karyanya sempurna. Saya mengambil ide makna "perjuangan" dari biografi Steve Jobs.
Alhamdulillah akhirnya saya menemukan tema 'musyawarah dan perjuangan' sebagai makna yang masih relevan kita gali dalam rangka peringatan Sumpah Pemuda. Pada tahun 1928, pemuda-pemuda Indonesia bahkan menurut riwayat banyak yang masih berusia 18 belasan mengadakan kongres pemuda. Konggres ini yang membidani adanya "Sumpah Pemuda". Ide persatuan dalam kemajemukan ini sungguh prestasi luar biasa setelah bertahun-tahun bangsa Indonesia selalu kalah dalam melawan penjajah Belanda. Karena, sifat perlawanan masih bersifat sporadis belum bersatu. Kemauan untuk bertanah air satu dan berkebangsaan satu yaitu Indonesia diantara ratusan suku dan kerajaan-kerajaan kecil waktu itu tentu memerlukan kebesaran hati dan kemauan bersatu yang kuat. Demikian juga ikrar berbahasa satu bahasa Indonesia (Melayu) waktu itu tentu bukan proses yang mudah. Namun pemuda-pemuda pelopor itu telah membuktikan bahwa semangat kebangsaan dan persatuan mampu mengatasi egosime suku, ras, maupun agama.
Saya mengangkat semangat itu menjadi anjuran dan kebiasaan bermusyawarah dalam setiap keadaan yang terjadi perbedaan. Karena di depan siswa madrasah saya ungkapan makna salah satu ayat dalam Al Quran yang artinya "Bahwa jika Allah menghendaki setiap manusia beriman, tentu sangat mudah bagi Allah, namun Allah memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih apakah jalan kebenaran atau kesesatan". Ayat ini mengandung arti bahwa manusia secara sunatullah memiliki kebebasan/pilihan masing-masing. Kondisi fitrah ini memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat. Sebanyak orang berkumpul, bisa dimungkinkan sebanyak itu pulalah pendapat yang dikemukakan. Di sisi lain kebebasan itu berhadapan dengan keterbatasan manusia dan ketidakmampuannya untuk hidup tanpa orang lain. Keterbatasan ini menyadarkan manusia bahwa hanya Allah sajalah Yang Maha Tinggi dan Maha Benar. Kebenaran oleh manusia bersifat relatif, selalu ada ruang untuk diperdebatkan. Oleh karena, kita perlu berendah hati dengan ide-ide kita dengan cara mau mendengarkan pendapat orang lain. Siapa tahu pendapat orang lain lebih benar. Musayawarah yang dilandaskan oleh dua hal itu, kemamuan berpendapat dan berendah hati mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain Insya Allah akan menghasilkan mufakat yang diterima demi kebaikan bersama.
Selanjutnya, saya menyampaikan makna perjuangan yang masih relevan hingga sekarang. Peristiwa Sumpah Pemuda mengajarkan kepada kita bahwa dalam berjuang melawan penjajah-pun tidak semua mengangkat senjata. Terdapat pemuda-pemuda yang berjuang melalui gerakan pemuda pemersatu bangsa. Dalam setiap perjuangan kita harus paham siapa musuh kita dan bagaimana mengalahkannya. Dalam konteks sekarang dan paling kecil yaitu diri sendiri perjuangan generasi muda sekarang adalah perjuangan meraih cita-cita. Musuhnya adalah rasa malas, sifat menunda-nunda dan tiadanya kesungguhan untuk 'berjuang' meraih cita-cita. Saya sampaikan bahwa, keberhasilan meraih cita-cita dimulai dari sekarang. Tidak mungkin di masa muda bermalas-malasan lalu tiba-tiba ketika tua langsung sukses. Semua perlu perjuangan. Untuk lebih menyemangati, saya selipkan kisah singkat tentang Steve Jobs dan perjuangannya dalam melahirkan karya-karya inovatif dunia.
Pada akhirnya saya mengakhiri dengan ajakan agar masing-masing kita bersumpah terhadap diri sendiri untuk selalu melakukan yang terbaik dan berjuang meraih cita-cita menjadi manusia yang banyak manfaatnya.
Begitulah, matahari sudah sangat panas ketika saya menyampaikan dan mengakhiri amanat pembina upacara. Peluh membasahi sekujur badan, dan sinar matahari seperti membakar muka saya. Amanat kali ini memang singkat dan sederhana. Tidak mengangkat masalah ke-Indonesiaan, hanya masalah diri sendiri. Namun demikian, semoga ada diantara siswa yang mengambil manfaat dari amanat ini. Wallahu'alam.
Untuk menyampaikan tema ini awalnya saya membaca bukunya cak Noer yang berjudul "Islam, kemodernan dan Keindonesiaan. Namun, saya fikir materi di buku ini terlalu berat untuk disampaikan di depan siswa-siswa setingkat SMA/MA. Meskipun demikian saya menggarisbawahi beberapa ide penting yang memperkaya isi amanat yang akan saya sampaikan. Bahkan saya menemukan satu makna kekinian yang masih relevan diangkat sekarang dari Sumpah Pemuda yaitu bersatu dalam kemajemukan, dan itu diperlukan 'musyawarah'.
Berikutnya saya membaca biografi Steve Jobs, pendiri raksasa komputer Apple, yang kisah hidupnya menginspirasi banyak orang. Saya menangkap perilaku alm. Steve Jobs sehingga karya inovatifnya dapat dinikmati banyak orang di dunia. Perilaku itu ialah kebiasaannya bercermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri "seandainya hari ini adalah hari terakhir hidup saya, apakah saya akan melakukan apa yang akan aku lakukan." Kesadaran ini membuat karyanya sempurna. Saya mengambil ide makna "perjuangan" dari biografi Steve Jobs.
Alhamdulillah akhirnya saya menemukan tema 'musyawarah dan perjuangan' sebagai makna yang masih relevan kita gali dalam rangka peringatan Sumpah Pemuda. Pada tahun 1928, pemuda-pemuda Indonesia bahkan menurut riwayat banyak yang masih berusia 18 belasan mengadakan kongres pemuda. Konggres ini yang membidani adanya "Sumpah Pemuda". Ide persatuan dalam kemajemukan ini sungguh prestasi luar biasa setelah bertahun-tahun bangsa Indonesia selalu kalah dalam melawan penjajah Belanda. Karena, sifat perlawanan masih bersifat sporadis belum bersatu. Kemauan untuk bertanah air satu dan berkebangsaan satu yaitu Indonesia diantara ratusan suku dan kerajaan-kerajaan kecil waktu itu tentu memerlukan kebesaran hati dan kemauan bersatu yang kuat. Demikian juga ikrar berbahasa satu bahasa Indonesia (Melayu) waktu itu tentu bukan proses yang mudah. Namun pemuda-pemuda pelopor itu telah membuktikan bahwa semangat kebangsaan dan persatuan mampu mengatasi egosime suku, ras, maupun agama.
Saya mengangkat semangat itu menjadi anjuran dan kebiasaan bermusyawarah dalam setiap keadaan yang terjadi perbedaan. Karena di depan siswa madrasah saya ungkapan makna salah satu ayat dalam Al Quran yang artinya "Bahwa jika Allah menghendaki setiap manusia beriman, tentu sangat mudah bagi Allah, namun Allah memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih apakah jalan kebenaran atau kesesatan". Ayat ini mengandung arti bahwa manusia secara sunatullah memiliki kebebasan/pilihan masing-masing. Kondisi fitrah ini memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat. Sebanyak orang berkumpul, bisa dimungkinkan sebanyak itu pulalah pendapat yang dikemukakan. Di sisi lain kebebasan itu berhadapan dengan keterbatasan manusia dan ketidakmampuannya untuk hidup tanpa orang lain. Keterbatasan ini menyadarkan manusia bahwa hanya Allah sajalah Yang Maha Tinggi dan Maha Benar. Kebenaran oleh manusia bersifat relatif, selalu ada ruang untuk diperdebatkan. Oleh karena, kita perlu berendah hati dengan ide-ide kita dengan cara mau mendengarkan pendapat orang lain. Siapa tahu pendapat orang lain lebih benar. Musayawarah yang dilandaskan oleh dua hal itu, kemamuan berpendapat dan berendah hati mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain Insya Allah akan menghasilkan mufakat yang diterima demi kebaikan bersama.
Selanjutnya, saya menyampaikan makna perjuangan yang masih relevan hingga sekarang. Peristiwa Sumpah Pemuda mengajarkan kepada kita bahwa dalam berjuang melawan penjajah-pun tidak semua mengangkat senjata. Terdapat pemuda-pemuda yang berjuang melalui gerakan pemuda pemersatu bangsa. Dalam setiap perjuangan kita harus paham siapa musuh kita dan bagaimana mengalahkannya. Dalam konteks sekarang dan paling kecil yaitu diri sendiri perjuangan generasi muda sekarang adalah perjuangan meraih cita-cita. Musuhnya adalah rasa malas, sifat menunda-nunda dan tiadanya kesungguhan untuk 'berjuang' meraih cita-cita. Saya sampaikan bahwa, keberhasilan meraih cita-cita dimulai dari sekarang. Tidak mungkin di masa muda bermalas-malasan lalu tiba-tiba ketika tua langsung sukses. Semua perlu perjuangan. Untuk lebih menyemangati, saya selipkan kisah singkat tentang Steve Jobs dan perjuangannya dalam melahirkan karya-karya inovatif dunia.
Pada akhirnya saya mengakhiri dengan ajakan agar masing-masing kita bersumpah terhadap diri sendiri untuk selalu melakukan yang terbaik dan berjuang meraih cita-cita menjadi manusia yang banyak manfaatnya.
Begitulah, matahari sudah sangat panas ketika saya menyampaikan dan mengakhiri amanat pembina upacara. Peluh membasahi sekujur badan, dan sinar matahari seperti membakar muka saya. Amanat kali ini memang singkat dan sederhana. Tidak mengangkat masalah ke-Indonesiaan, hanya masalah diri sendiri. Namun demikian, semoga ada diantara siswa yang mengambil manfaat dari amanat ini. Wallahu'alam.