Senin, 30 April 2012

Inspirasi dari Acara "Intip Buku"

Sabtu, 28 April 2012, lalu saya menghadiri acara yang luar biasa "Intip Buku" di lantai 3 menara Syafrudin Prawiranegara gedung Bank Indonesia Jakarta. Kehadiran saya disitu berawal dari undangan terbuka Om Jay penulis buku "menulislah setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi" di group IGI.  Judul buku itulah sesungguhnya yang memprovokasi saya sehingga saya mendaftar  untuk ikut  ke acara tersebut.

Sehari sebelum acara, saya mendapat email detail rundown acara "Intip Buku" yang membuat saya rasanya semakin tidak sabar menunggu momen itu. Maka pagi-pagi sekali saya sudah meninggalkan rumah saya di Depok menuju Jakarta. Saya tidak ingin terlambat. Sampai di ruang serba guna gedung BI sudah jam 8.30. Tempat acara dihiasi banner-banner berlogo IB alias Islamic Banking sponsor utama acara Intip Buku. Bagi yang belum familier, logo IB berkonotasi Institute Bisnis. Alhamdulillah sebagai guru ekonomi syariah, saya sudah familier dengan bank syariah dan juga logo IB ini.

Memasuki ruang acara, sebagian besar kursi terutama di bagian depan sudah penuh terisi, meski acara belum dimulai. Saya menempatkan diri saya di salah satu kursi kosong di bagian tengah. Dari kejauhan saya bisa mengenali sosok Om Jay yang sebelumnya telah saya kenali sosoknya dari foto-foto di  blog om Jay.  Saya ingin mengucapkan terima kasih atas undangannya, namun kondisi tidak memungkinkan. Tak lama kemudian, acara dimulai. Dari moderator sesi 1 bung Amril Taufiq Gobel (blogger dan kompasioner), saya tahu bahwa peserta acara intip buku ini didominasi oleh  guru-guru dan kompasioner (sebutan member kompasiana.com).

Sesi pertama menghadirkan 3 pembicara. Pembicara pertama bung Pepih Nugraha wartawan senior kompas dan pencetus sekaligus yang membidani kompasiana.com. Beliau menceritakan awal ketertarikannya dalam dunia tulis menulis. Dan sungguh spektakuler, beliau sudah mulai menulis (cerpen) sejak usia SMP dan berhasil dipublikasikan di berbagai majalah ibukota. Bung Pepih yang asli Tasik dan masih tetap medok bahasa sundanya itu menyatakan bahwa menulis bukan monopoli wartawan atau para ahli saja. Menulis adalah dunia orang biasa jadi 'selamat datang di dunia orang biasa' lanjutnya. Sungguh kata-kata yang menyemangati.

Pembicara kedua tak kalah inspiratif, bung Imam FR Kusumaningati. Awalnya saya agak merasa aneh dengan kombinasi namanya, nama maskulin dan feminin jadi satu. Ternyata sosoknya lebih 'unik' lagi. Mahasiswa semester 6 jurusan tarbiyah' pendidikan agama Islam' UIN Syarif Hidayatullah ini adalah penulis buku "menjadi jurnalis itu gampang". Inilah uniknya, mahasiswa calon guru agama Islam 'tapi' menulis buku tentang jurnalisme! Ekspansi yang luar biasa.  Dan semua itu berawal dari mimpinya yang ingin menerbitkan buku sebelum menjadi sarjana. Sungguh inspiratif.

Pembicara ketiga, bung Taufik Effendi, dosen Bahasa Inggris UNJ. Saya rasanya masih tercekat mengingat beliau. Kisah hidupnya tepatnya ujian hidupnya sungguh luar biasa. Masih terbayang bagaimana kami audiens terdiam terpaku bahkan saya dan mungkin yang lain meneteskan airmata mendengarkan beliau mengisahkan hidupnya. Beliau harus menerima kenyataan pahit menjadi tuna netra di  saat  keindahan masa remaja menjelang, klas satu SMA. Kenyataan ini sempat menghancurkan hidupnya hingga selama dua tahun beliau tenggelam dalam kesedihan. Namun, musibah itu rupanya menjadi titik balik yang melejitkan potensi dirinya. Dan saat beliau bangkit, mimpinya adalah 'keliling dunia'. Mimpi yang membuat orangtuanya bersedih. Tak cukup untuk menceritakan kisahnya disini, singkat cerita beliau berhasil mewujudkan mimpinya keliling dunia. Diusianya yang sekarang 30 tahun beliau sudah keliling dunia  melalui 8 beasiswa luar negeri yang diraihnya. Sungguh pencapaian yang luar biasa. Dan dengan rendah hati beliau menyatakan belum bisa menulis buku. Beliau menceritakan, untuk membaca 1 buku saja  perlu waktu berbulan-bulan, karena mesti discan per lembarnya dan dipindahkan ke program pembaca komputer.
Jadi pelajaran bagi kita yang masih mendapat kemudahan membaca.

Tak terasa sudah jam 11.00 siang dan sesi pertama berakhir. Sayang sekali saya tidak bisa melanjutkan ke sesi ke dua karena harus menghadiri dua kondangan berturut-turut. Padahal sesi kedua menghadirkan Om Jay, bung Prayitno Ramlan  (purnawirawan dan juga kompasioner) dan satu lagi saya lupa. Pasti sesi kedua juga sangat seru. Untuk mengobati kekecewaan saya, saya membeli buku om Jay "menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi"

Ah..sungguh acara yang inspiratif bersama tokoh-tokoh yang inspiratif. Pelajaran yang bisa dipetik, memang benar segala sesuatu berawal dari mimpi. Beranilah bermimpi, dan terutama berjuanglah untuk mewujudkan mimpi. Dan bagi saya pribadi yang sudah senior, saya menambahkan 'jangan merasa terlambat untuk memulai'. Keep spirit and hope. Alhamdulillah.

Depok, 29 April 2012

Rabu, 25 April 2012

Balance

Balance adalah kosa kata bahasa Inggris yang artinya keseimbangan/seimbang.Kata ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari baik lisan maupun tulisan. Namun balance yang saya maksud di sini adalah salah satu laporan keuangan yang bernama "balance sheet" atau neraca. Jenis laporan keuangan 'neraca' sesuai namanya memang harus seimbang jumlah sisi aktiva dengan jumlah sisi hutang dan modal. Kata 'balance' menjadi ekspresi kepuasan tersendiri bagi murid-muridku saat laporan keuangan mereka benar alias balance, meski balance saja belum tentu benar. 

Seperti siang yang terik tadi, saya memberikan ulangan harian untuk murid-murid kelas XI IPS 1. Soal berbentuk essay menguji kompetensi siswa dalam mencatat jurnal penyesuaian, menyelesaikan kertas kerja dan menyusunnya dalam laporan keuangan. Seperti biasa soal saya buat dalam 4 tipe berbeda dengan harapan siswa bekerja mandiri alias tidak mencontek. Dan benar, selesai soal dibagikan murid-murid asyik dan serius dengan kertas ulangannya masing-masing. Dan oleh karenanya saya cukup sesekali saja mengamati mereka. 

Sambil mengawasi siswa mengerjakan ulangan, pikiran saya menerawang ke saat pertama mulai mengajarkan mapel akuntansi kepada siswa. Karakteristik mapel ini memang perpaduan kognitif analitik dan praktek. Bagaimana mengajarkan mapel yang membutuhkan banyak latihan, ketelitian dan kerapihan kepada siswa IPS yang "terkesan" kurang dalam ketiga hal tersebut, pernah benar-benar menjadi bahan pemikiran. Pada akhirnya saya menggunakan metode seperti menyusun puzzle untuk menarik minat belajar siswa dan sekaligus agar mudah dipahami. Alhamdulillah membawa hasil. Murid-murid yang sempat saya khawatirkan ternyata asyik belajar mapel akuntansi ini, termasuk siswa laki-laki yang biasanya malas. 

"Yes.....laporanku balance!!!" tiba-tiba lamunan saya terputus oleh teriakan puas salah seorang siswa yang ternyata telah menyelelasaikan ulangannya dan balance. Saya lihat dia tersenyum puas sambil mengepalkan tangannya. Alhamdulillah, kataku dengan suara agak keras agar siswa terbiasa mengucap syukur atas hasil kerjanya. Sementara itu sebagian yang lain mulai terlihat resah, karena laporan neraca masih belum seimbang. Helaan nafas panjang dan kata-kata resah sebentar-sebantar terdengar. Diantara itu teriakan "Yes" dan Alhamdulillah kembali terdengar, pertanda siswa telah menemukan letak ketidakseimbangan neracanya dan memperbaikinya. 

Tak terasa 2 jam pelajaran alias 90 menit waktu ulangan telah berakhir. Satu persatu siswa menyerahkan hasil kerjanya dengan dua ekspresi senyum atau manyun. Yang manyun berarti masih belum menemukan kesalahan yang diperbuatnya sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan. Apapun hasilnya sukurilah karena kalian telah berusaha. Bagi yang masih kurang akan ada saatnya memperbaiki. 

Begitulah ulangan harian akuntansi kali ini, seperti itu juga ujian-ujian harian hidup kita. Ada yang mengakhiri hari dengan senyum karena telah menyelasaikan ujian dengan baik dan ada juga yang manyun karena masih belum bisa menyelesaikan masalahnya. Namun seperti ulangan harian, Insya Allah masih ada kesempatan kedua untuk menyelesaikan setiap ujian jika kita masih ada umur dan mau memperbaiki kesalahan. Allah Maha Adil. 

Wallahu'alam Jakarta, 25 April 2012

Senin, 23 April 2012

Absurditas

Beberapa hari yang lalu, salah satu media online menurunkan tulisan tentang absurditas kehidupan masyarakat di ibukota. Absurd berarti aneh, konyol, irasional, tidak beralasan, juga tidak bermakna. Segala hal yang absurd terkesan sia-sia belaka. Kehidupan masyarakat ibukota seperti berjalan tanpa logika. Aturan dibuat untuk dilanggar, orang jahat dipuja-puja sebaliknya orang baik menderita. Kisah duka dan bahagia bisa terjadi dalam waktu yang sama membuat orang menangis dan tertawa pada waktu yang sama. Manusia tidak lagi bisa benar-benar memahami apa yang dirasa. Rutinitas tanpa makna tanpa hati menghinggapi keseharian masyarakat ibukota. Orang-orang sudah seperti robot berjalan melakoni keseharusan. Pergi pagi, pulang petang menjalani waktu demi waktu, momen demi momen tanpa penghayatan seperti komputer yang sudah diprogram. Aktivitas tanpa jeda, orang-orang sibuk bekejaran dengan waktu dan seolah tak cukup waktu. Jangankan peduli terhadap orang lain, bahkan terhadap keluarga dan diri sendiripun acapkali abai. Kondisi itu menimpa hampir semua orang, dari direktur sampai tukang cukur. Dari profesor hingga provokator. Dari anak-anak hingga orang tua. Tak membedakan jenis kelamin, tingkat kekayaan, latar belakang pendidikan, agama, suku, dan ras. Pertanyaannya apa yang dicari, apa yang dikejar, apa yang diburu..? Tentu, kita tidak ingin terjebak dalam panggung seperti itu dan membiarkan diri kita menjalani rutinitas tanpa makna. Apa yang kita perlukan adalah menghidupkan hati dan menggugah kesadaran diri agar setiap momen tidak berlalu begitu saja tanpa kita hayati. Jalan termudah untuk mencapai itu sebenarnya sudah disediakan Tuhan bagi kita, namun kita sering melalaikannya. Jalan itu adalah mengingat Allah dalam setiap momen. Mengaitkan setiap momen, setiap pilihan, bahkan setiap helaan nafas kita kepada Allah. Dari itu, kita mampu untuk mensyukuri setiap keadaan sebagai karunia terbaik dari Allah. Jakarta, April 2012

Imam yang Tak Dirindukan

"Aku besok gak mau tarawih lagi, " gerutu si bungsu saat pulang tarawih tadi malam.  "Loh, kenapa?" Tanya Saya sambil ...