Senin, 30 Januari 2017

Saat Orang Lain Menangis, Aku Tertawa (Kunci Sorga 2)

 Tadi malam sebelum tidur  si bungsu Akbar berkata; "Ibu, besok bangunin aku jam setengah lima ya"! . Pura-pura lupa aku jawab; "Kenapa?". "ya kan mau sholat subuh di mushola", jawabnya. "Subhanallah, anak sholeh ibu", ujarku sambil mengusap-usap punggungnya. Hal yang dia inginkan menjelang tidur. Tak ingin kehilangan momen, aku mulai menceritakan keutamaan sholat subuh berjamaah di masjid. "Dik, kamu tahu nggak siapa orang yang paling kaya di dunia ini?" tanyaku. Eehmm siapa ya? ujarnya balik nanya. "Ternyata, orang yang paling kaya itu bukan orang yang paling banyak hartanya, paling banyak mobilnya, paling banyak uangnya." Terus siapa bu? tanyanya. "Kata Allah, orang yang paling kaya itu adalah orang yang sholat sunnah 2 rakaat sebelum subuh, dan bagi laki-laki yang sholat subuhnya berjamaah di masjid/musholla". Orang yang sholat sunnah 2 rakaat sebelum subuh akan memiliki dunia dan seisinya, seluruh alam semesta." Jawabku. Spontan dia nyeletuk, "jadi bisa memiliki pluto, komet dan planet-planet ya bu"?. Walah...ini efek habis nonton film Iqro' Pertualangan Meraih Bintang rupanya, sampai ke pluto. Hehehe. 

Begitulah, Alhamdulillah setelah hampir dua bulan pembiasaan sholat subuh berjamaah di masjid, si bungsu Akbar sudah mulai terbiasa.  Masa-masa paling berat dalam melatih pembiasaan ini adalah minggu-minggu awal. Ibaratnya, jika kita menyerah saat itu selesailah pembiasaan ini. Terutama menghadapi rentetan keluhan sebelum berangkat hingga setelah pulang dari musholla. Dasar anaknya memang agak bawel, maka keluhan mengandung amarah itu menjadi panjang kali lebar kali tinggi, susah berhetiinnya. Dan endingnya selalu dia katakan, "hari ini beliin mainan"!. Yayaya, mainan lego yang besar inilah iming-iming hadiah kalau dia sudah 1 bulan sholat subuh berjamaah di mushola dekat rumah. Hemmm...rupanya masa satu bulan membuatnya merasa sangat lama menunggu. Maka, aku menawarkan hadiah selingan. Saat itu hadiahnya adalah setiap sabtu atau minggu ditemeni berenang. Hadiah selingan ini rupanya sedikit bisa meredakan keluhannya. Karena memang dia sangat senang berenang, hanya kadang ayahnya malas mengantar.

Selain adanya hadiah selingan, untuk menguatkan program pembiasaan ini, saya meminta tolong kepada guru kelas di SD nya untuk sering-sering memotivasi murid-muridnya agar sholat subuh berjamaah di musholla. Saya ceritakan kepada gurunya, kalo sekarang Akbar sedang saya biasakan untuk sholat subuh berjamaah di musholla. Alhamdulillah, karena sekolah di SDIT maka guru kelasnya merespon positif pembiasaan ini. Bahkan, suatu hari Akbar cerita kalo gurunya nanya. siapa yang sholat subuhnya berjamaah di masjid. "Terus yang angkat tangan aku". Katanya, dan dia sebutkan beberapa nama temannya yang juga angkat tangan. Alhamdulillah. Bahkan, suatu ketika dia berkata lugu, "Ibu, aku mau sholat bukan karena hadiah"!. Subhanallah, betul dik, hadiah Allah jauh lebih baik dan utama daripada hadiah ayah dan ibu", kataku.

Pagi tadi, pulang dari sholat subuh di musholla, saya tanya ke Akbar,"tadi sholat sunnah nggak sebelum subuh?". Dan, dia menjawab enggak. "Aku ngantuk, katanya. "Yah, nggak jadi deh memiliki pluto" jawabku. Lalu ayahnya nimpali, "Dik, pada saat manusia lahir, semua orang di sekelilingnya tertawa, tapi dia menangis. Tapi, nanti, kalau kita meninggal, saat sekeliling kita menangis kita tertawa karena melihat segala kenikmatan dari Allah yang diberikan kepada orang yang rajin sholat sunnah sebelum subuh." Ayahnya menambahkan, "tiba-tiba datang sendiri sepeda yang bagus", dan Akbarpun tertawa cekikikan melihat ekspresi ayahnya ketika bersiul memanggil sepeda. Soal mendongeng yang ekspresif, ayahnya memang jago. 

Yah, Bismillah program kunci sorga ini mulai sedikit ditingkatkan levelnya. Semoga Allah SWT, memudahkan langkah kami sekeluarga menggapai kehidupan yang barokah hingga sorgaNya kelak. Aamiin yaa Robbal'alamiin.


Imam yang Tak Dirindukan

"Aku besok gak mau tarawih lagi, " gerutu si bungsu saat pulang tarawih tadi malam.  "Loh, kenapa?" Tanya Saya sambil ...