Selasa, 29 Oktober 2013

Pelajaran tentang Prasangka Baik

Hidup di Jakarta yang penuh tantangan dan sikap manusianya yang egois, prasangka baik menjadi barang langka. Alasan kehati-hatian terkadang membuat kita lebih sering merasa "curiga" bahkan terhadap kebaikan orang lain. Kisah ini, seperti diceritakan oleh pelakunya sendiri, Aulia (seperti namanya yang berarti mulia), menjadi pelajaran tentang prasangka baik.

*************

"Hari sudah beranjak malam saat gadis muda itu mendapati motornya mogok tidak dapat di"starter". Berkali-kali dia mencoba starter otomatis maupun manual motor honda sccopy yang telah setia mengantarnya kemana-mana. Namun usahanya tak membawa hasil. Dia menghela nafas panjang.Gadis muda itu menenangkan dirinya. Hari yang sudah berjalan indah ini harus diakhiri dengan indah, bisiknya dalam hati. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.

Hari ini dia baru saja menandatangani kontrak kerja di sebuah perusahaan international terbesar ketiga di dunia yang membuka kantor cabang di Jakarta. Dia terpilih diantara sekian banyak pelamar. Tentu saja ini sangat membahagiakan dan membanggakannya. Tantangan pekerjaan dan kompensasi yang sepadan membuatnya bersemangat. Sebagai seorang fresh graduate, posisi yang baru saja diterimanya bisa dibilang jauh di atas rata-rata seorang fresh graduate. Maka diapun tak hendak merusak harinya dengan masalah motor yang tiba-tiba mogok.

Setelah menunaikan shalat maghrib di masjid dekat parkiran motornya yang mogok, gadis muda itu meminta pertolongan petugas keamanan untuk mencoba menghidupkan mesin motornya. Namun sekali lagi, usaha itu tidak membawa hasil. Meski lelah, dia masih bisa menjaga ketenangan hatinya. Diapun melangkahkan kakinya untuk mencari bengkel terdekat, berusaha memanggil teknisi untuk memperbaiki motornya.
Namun, dia baru menyadari bahwa uang di dalam dompetnya tidak mencukupi untuk membayar jasa tukang bengkel. Lebih dari itu, batere hp-nya tinggal cukup untuk melakukan satu kali panggilan.

Akhirnya dia memilih taksi untuk mengantarnya mencari tukang bengkel, reparasi motor dan membawa taksi ke rumah untuk dibayar. Obrolan singkatnya dengan pak sopir taksi membuatnya tak perlu lagi menjemput tukang bengkel karena pak sopir taksi sendiri yang akan reparasi motor. Alhamdulillah motornya bisa dibetulin oleh pak sopir taksi.
Percaya dengan kebaikan pak sopir taksi dan sisa uang yang tak mencukupi untuk membayar jasa taksi, gadis itu menyimpan ransel dan seluruh isinya di jok belakang taksi dan meminta pak sopir taksi untuk mengikuti laju motornya sampai ke rumah. Rupanya riuhnya jalanan malam itu membuatnya kehilangan jejak taksi. Laju motornya bisa menyelip diantara kemacetan, sementara taksi sudah jauh tertinggal di belakang.

Singkat cerita, gadis itu sampai ke rumah dengan berbagai rasa; khawatir, cemas, merasa bodoh bahwa tindakannya terlalu naif dan bisa  membuat ransel beserta seluruh isinya raib. Berbagai rasa itu membuatnya galau. Namun demikian sisi lain hatinya masih ingin mempercayai prasangka baiknya terhadap pak sopir taksi. Sambil mencoba menghubungi call center taksi dan menceritakan kisahnya,  dia memilih untuk menjaga perasaan prasangka baiknya, karena ini lebih menenangkan.

Dan seperti janji Allah SWT bahwa setiap kebaikan meski sebesar zarah  pasti berbalas kebaikan, balasan kebaikan dari Allah itu tak perlu menunggu lama. Seperti kisah yang sudah diskenariokan, jelang tengah malam itu sebuah taksi berhenti di depan rumah. Dialah sang sopir taksi, yang dengan terengah setelah bersusah payah menemukan jalan untuk mengembalikan ransel yang ada di mobilnya, datang menutup hari itu dengan indah."
Bahwa masih ada bahkan bisa jadi banyak orang baik di sekitar kita. Bahwa menjaga prasangka baik itu lebih menenangkan. Bahwa, menggunakan fikiran dan berhati-hati meski terkesan naif bisa jadi penyelesaian masalah yang baik.

Sungguh tidak ada yang sia-sia dari setiap kejadian bagi orang-orang yang mau berfikir.

****************

Imam yang Tak Dirindukan

"Aku besok gak mau tarawih lagi, " gerutu si bungsu saat pulang tarawih tadi malam.  "Loh, kenapa?" Tanya Saya sambil ...