Seperti biasa jelang sholat Ashar saya menyusuri ruang-ruang kelas menyisir siapa tahu masih ada siswa yang belum menuju masjid untuk shalat berjamaah. Dari kejauhan saya melihat masih banyak siswa yang bergerombol di depan ruang kelas XI IPA 1. Begitu mendekat, saya mendengar salah seorang siswa berbicara kepada teman-temannya.."eh..ada bu Ana, ada bu Ana...!".
Begitu saya masuk ke ruang kelas itu, ternyata memang masih banyak siswa laki-laki dan perempuan di dalam. Bergegas siswa beranjak ke luar kelas ketika saya bilang "yang boleh tinggal di kelas yang sedang haid, gila, atau mabuk.!" (karena dengan 3 kondisi ini seseorang haram melaksanakan shalat). Tiba-tiba terdengar salah seorang siswa menjawab, "saya lagi mabuk bu..., mabuk genjer." Hahaha... anak-anak yang lain tertawa. Sayapun turut tertawa. Itu suara muridku yang memang rada unik. Unik, karena dia selalu menemukan kata-kata yang pas sehingga mudah diingat. Waktu kelas X, dia menyebut teman-temannya yang hanya diam ketika kelompoknya presentasi sebagai "pemanis buatan". Teman-temannya sering menyebut dia kepedean dan sok ganteng. Hehe..ada-ada saja.
Dan sayapun melangkah dengan ringan menuju masjid sambil mensyukuri hari ini. Saya menyadari, menjadi guru memang pertanggungjawaban dunia akhirat. Apalagi sebagai guru di madrasah. Sebagai orang tua di sekolah, kami para guru harus memastikan setiap anak menjalankan kewajiban ibadah shalat dhuhur dan Ashar sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing. Alhamdulillah, dengan pembiasaan ini secara umum tidak sulit mengajak mereka shalat berjama'ah dimasjid. Kalaupun ada, hanya satu dua anak yang memang masih perlu perjuangan.
Ah,..selalu ada hiburan di antara murid-murid, di ruang-ruang kelas dari keisengan dan canda mereka. Alhamdulillah.
Jakarta, jelang senja.
Begitu saya masuk ke ruang kelas itu, ternyata memang masih banyak siswa laki-laki dan perempuan di dalam. Bergegas siswa beranjak ke luar kelas ketika saya bilang "yang boleh tinggal di kelas yang sedang haid, gila, atau mabuk.!" (karena dengan 3 kondisi ini seseorang haram melaksanakan shalat). Tiba-tiba terdengar salah seorang siswa menjawab, "saya lagi mabuk bu..., mabuk genjer." Hahaha... anak-anak yang lain tertawa. Sayapun turut tertawa. Itu suara muridku yang memang rada unik. Unik, karena dia selalu menemukan kata-kata yang pas sehingga mudah diingat. Waktu kelas X, dia menyebut teman-temannya yang hanya diam ketika kelompoknya presentasi sebagai "pemanis buatan". Teman-temannya sering menyebut dia kepedean dan sok ganteng. Hehe..ada-ada saja.
Dan sayapun melangkah dengan ringan menuju masjid sambil mensyukuri hari ini. Saya menyadari, menjadi guru memang pertanggungjawaban dunia akhirat. Apalagi sebagai guru di madrasah. Sebagai orang tua di sekolah, kami para guru harus memastikan setiap anak menjalankan kewajiban ibadah shalat dhuhur dan Ashar sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing. Alhamdulillah, dengan pembiasaan ini secara umum tidak sulit mengajak mereka shalat berjama'ah dimasjid. Kalaupun ada, hanya satu dua anak yang memang masih perlu perjuangan.
Ah,..selalu ada hiburan di antara murid-murid, di ruang-ruang kelas dari keisengan dan canda mereka. Alhamdulillah.
Jakarta, jelang senja.